Rumah Santi
kebakar. Mom arah balik pulang. Kamu dimana?!’
Itu telpon
ibu saya Sabtu malam kemarin. Saat mendengar kalimat demi kalimatnya, lutut
saya langsung lemas. Semula berdiri sampai akhirnya terduduk di kursi. Kaget
bukan kepalang. Betapa tidak, rumah milik Santi tetangga saya itu hanya
berjarak dua rumah dari kediaman saya. Mendengar rumahnya terbakar spontan
jantung saya kayak mau meledak keluar.
Sesaat
setelah menutup telepon, yang pertama saya pikirkan justru bukan benda-benda
seperti ijazah, surat berharga, motor, atau perangkat elektronik di rumah, tapi
justru asuransi. Yup, nggak salah, asuransi kebakaran yang sudah beberapa tahun
terakhir saya ikuti. Untuk urusan memori kadang saya memang sangat lemot
loadingnya. Untuk urusan asuransi selalu saja gak bisa ingat kapan harus
perpanjang jika habis masa proteksinya. Ini yang bikin kepanikan saya jauh
lebih meningkat rasanya. Seketika saya menelpon teman saya yang agen asuransi
itu dan menanyakan masa berakhirnya polis saya, syukurlah, masih sampai Agustus
tahun ini masa berlakunya. Lega. Pikir saya, whatever will be will be lah.
Namanya juga musibah.
Bagi
beberapa orang, asuransi kebakaran memang bukan prioritas utama. Apalagi buat orang
model saya yang tinggalnya cuma di rumah petak dan dalam lingkungan pemukiman
yang padat penduduknya. Sama sekali gak kepikiran. Saya pun pertama kali
memutuskan harus ikut asuransi kebakaran setelah beberapa waktu lalu seorang
tetangga meledak kompor gas-nya. Untungnya saat itu gas meledak di luar rumah,
jadi tak sempat membakar banyak barang seperti kalo kejadian di dalam ruangan.
Trauma bener saya. Saat saya mencari informasi tentang asuransi kebakaran yang
bisa mengcover penghuni rumah meski bukan pemilik rumah sebenarnya, saya
akhirnya ikutan juga.
Berikut
beberapa pertimbangan mengapa kita sebaiknya mengambil jenis asuransi kebakaran
rumah :
Tetangga
Kenali
baik-baik siapa tetangga anda juga pemukiman yang dihuni seperti apa. Padat
penduduk atau yang berkelas jarang-jarang tetangganya. Kebetulan saya tinggal
di daerah yang sangat padat. Semakin padat penghuni semakin besar resiko yang
bisa terjadi. Perilaku penghuni di kawasan padat penduduk seringkali suka
semaunya sendiri. Nggak ada itu perhitungan safety. Yang penting jalan, bukan
aman. Ini yang kadang bikin saya geleng-geleng kepala. Berhubung tak bisa lagi
memilih, jadinya harus siap membentengi diri sendiri. Resiko diimbangi dengan
kemampuan menanggulangi resiko. Olehnya saya memilih yang bisa memberi rasa
aman saja. Samping kiri dan belakang rumah saya kebetulan adalah pengusaha
catering. Potensi terjadinya kebakaran jauh berlipat kali ganda ketimbang
mereka yang hanya rumah tangga biasa. Selain karena takdir, ini salah satu
alasan utama yang mendorong mengapa saya harus mengambil asuransi kebakaran
rumah.
Musibah
Siapa yang
bisa memperkirakan datangnya musibah? Bahkan saat anak bermain petasan saja
bisa jadi beda cerita. Tak ada seorang pun yang bisa memprediksi kapan akan
terjadi musibah. Ingat pepatah, sedia payung sebelum hujan adalah tindakan yang
bijaksana.
Perlindungan
Siapa juga
yang mau tertimpa musibah? Namun jika harus terkena dan tak sanggup
menghindarinya, paling tidak ada setitik rasa aman jika ada sedikit
perlindungan. Dan asuransi buat saya bisa jadi salah satu jawaban.
Murah
Tadinya saya
pikir asuransi kebakaran termasuk asuransi yang mahal, ternyata tidak. Ada
hitungannya yang masuk akal. Untuk ukuran rumah mungil saya per tahun hanya
membayar kisaran ratusan ribu saja. Nggak mahal. Sebab jenis asuransi ini kan
sifatnya tanggung renteng, jadi bayarnya nggak sebesar kalo kita ikut asuransi
jiwa misalnya. Pikirkan besaran biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang
kelak bisa kita dapatkan. Buat saya, akan lebih banyak manfaat yang bisa
didapat saat menghadapi musibah ketimbang kerugiannya.
Sebelum
memutuskan mengambil satu produk asuransi kebakaran, sebaiknya pelajari dulu
proteksi dan syarat-syarat yang ditawarkan. Beberapa asuransi ada yang menjamin
resiko kebakaran karena petir, ledakan, sampai musibah kejatuhan pesawat
terbang. Benda-benda yang dijamin juga bermacam-macam, ada yang meng-cover
bangunan, isi bangunan, hingga aset-aset berharga lainnya. Minta bantuan agen
asuransi supaya kita benar-benar bisa mendapat proteksi yang terbaik yang bisa
kita dapatkan sesuai kemampuan kita membayar. Hitung materi-materi yang
selayaknya saja kita jaminkan, sebab besaran jumlah nilai pertanggungan
mempengaruhi besaran premi yang harus kita bayarkan. Selain itu, pilih asuransi
yang sudah berpengalaman membayar klaim nasabah dengan baik. Nama besar
asuransi kadang bukan jaminan. Memang harus jeli memilih penyedia jasa produk
asuransi.
Takdir,
hidup, mati, memang Tuhan yang menentukan, tapi nggak ada salahnya jika
masing-masing kita mempersiapkan datangnya takdir itu semampu yang bisa kita
lakukan. Apalagi jika persiapan itu dapat kita tebus dengan harga ratusan
ribuan saja, yang penting nggak bikin kelabakan. Biar kata asuransi nggak bisa
mengganti rasa sedih akibat kehilangan, yang penting aman. Walau asuransi tak
mampu menggantikan semua kenangan atau memori akan setiap benda yang kita punya
karena habis terbakar, yang penting masih ada pegangan. Semoga senantiasa
dijauhkan dari mara bahaya. Tuhan yang memberi, Tuhan pula yang mengambil. Terpujilah
nama Tuhan.
Salam
Kompasiana!
.
#curhatan
bukan seorang agen asuransi
Sourse http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/07/23/penting-gak-penting-ikut-asuransi-kebakaran-rumah-665711.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar