Resesi di Depan Mata, Ini 4 Hal yang Penting Dipersiapkan
Selamat atas keadiran anda , penerttian Resesi ekonomi artinya tak lain adalah kondisi ketika produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Jadi jika ekonomi sebuah negara masuk resesi, bisa juga dikatakan jatuh ke jurang resesi karena ini sesuatu yang mengkhawatirkan.
Dilain pembicaraan Pertumbuhan ekonomi di suatu neara tertentu pada kuartal II-2020 lalu tercatat minus 5,32%. Angka ini anjlok dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 5,05% (yoy). Bila perekonomian kembali minus di Kuartal III-2020, maka bersama negara lainnya seperti Amerika Serikat, Singapura hingga Uni Eropa, masuk ke jurang resesi.
Masalahnya, jika suatu ne’ara masuk ke jurang resesi, daya beli masyarakat dipastikan turun drastis karena turunnya berbagai sektor ekonomi. Ditambah angka kemiskinan bisa melonjak tajam disebabkan oleh badai PHK.
Lalu, apa yang harus dipersiapkan masyarakat untuk meminimalisir dampak resesi tersebut?
1. Siapkan Dana Cadangan
Menurut Perencana Keuangan Zelts Consulting Ahmad Gozali, hal utama yang perlu disiapkan oleh masyarakat adalah dana cadangan yang mudah dicairkan dalam jumlah yang memadai.
Porsi idealnya, setiap keluarga wajib menyimpan dana cadangan sebanyak 3-12 bulan pengeluaran bulanan 1 keluarga tersebut. Tujuannya untuk jaga-jaga apabila terjadi badai PHK atau pemotongan gaji.
Dana cadangan yang dimaksud bisa disimpan dalam bentuk cash , tabungan, deposito atau emas. Bila belum memiliki dana cadangan sebesar 12 bulan pengeluaran, maka upayakan terus menyisihkan 10-20% gaji ke dalam dana cadangan tersebut sampai jumlah yang ditakar mencapai targetnya.
2. Hindari Kredit
Hal lain yang perlu dicatat baik-baik adalah menghindari kredit. Hal ini berlaku pula bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS), meski memiliki risiko PHK yang kecil, tetap wajib memiliki dana likuid sebagai dana cadangan sekaligus menghindari risiko kredit.
"ASN sekalipun yang risiko kehilangan pekerjaan sangat rendah, tetap ada kemungkinan penghasilannya berkurang. Seperti saat ini tidak ada dinas luar, tunjangan dikurangi, dll. Maka ketika akan ambil kredit, baiknya hanya menghitung dari penghasilan yang fixed saja, penghasilan variabel tidak dihitung dulu," tambahnya.
Untuk para pengusaha disarankan agar tak terburu-buru merealisasikan ekspansi usahanya dan buat yang bekerja undur dulu niat pindah kerja atau resign dari perusahaan saat ini.
"Untuk usaha mungkin perlu pertimbangan ulang jika ada rencana ekspansi. untuk yang bekerja juga pertimbangkan kembali jika ada rencana pindah kerja. Sesuaikan kembali asumsi dalam bisnis," imbaunya.
3. Rem Pengeluaran Konsumtif
Masyarakat wajib menguatkan dana cadangannya. Caranya dengan mengerem beberapa pengeluaran yang dirasa tidak penting dan mengalihkan uang tersebut ke dana cadangan tadi.
"Ditahan dulu deh belanja konsumtifnya, tahan dulu aja, disimpan dulu aja uangnya, tidak lama kok paling tidak untuk 6 bulan ke depan, kalau 6 bulan sudah beres, Januari, Februari sudah aman baru boleh belanja lagi," kata Chairman & President Asosiasi Perencana Keuangan IARFC (International Association of Register Financial Consultant) Indonesia, Aidil Akbar kepada detikcom, Kamis (6/8/2020).
Beberapa pengeluaran konsumtif yang dimaksud seperti biaya untuk travelling, mudik akhir tahun, ganti HP, borong sepeda lipat dan belanja tidak penting lainnya.
"Liburan ditunda dulu, kita tidak butuh liburan untuk saat ini, toh tidak bisa kemana-mana juga, pengeluaran biaya besar ditunda dulu, bahkan mudik akhir tahun ditunda juga, tahan dulu aja, terus pengeluaran yang tidak penting misalnya ganti HP, September biasanya iPhone keluarin series baru, jangan tergiur untuk ganti HP, terus sekarang musim sepeda lipat tuh, kalau tidak penting-penting amat, nggak usah beli dulu, baju, sepatu juga dan lain-lain," tuturnya.
4. Investasi di Aset yang Likuid
Masyarakat tetap diperbolehkan berinvestasi di tengah situasi tersebut. Namun, ada beberapa strategi investasi yang perlu dirubah agar kantong tetap kebal selama resesi nanti.
"Resesi bukan berarti tidak berinvestasi. Resesi hanya mengubah strategi kita dalam berinvestasi. Kurangi investasi di pasar modal, tambah investasi di fixed income dan likuid," ujar Ahmad.
Investasi fixed income atau investasi pendapatan tetap adalah produk investasi yang sudah pasti memberikan pendapatan seperti bunga dan nilai uang yang diinvestasikan tidak akan berkurang. Contoh investasi fixed income adalah deposito, tabungan di bank yang memberi bunga dan pasar uang.
Sedangkan investasi yang likuid adalah investasi yang mudah dikonversikan menjadi uang tunai dalam waktu singkat. Misalnya obligasi dan reksadana dan lain sebagainya
Namun, untuk memulai investasi, pastikan dana cadangan sudah terpenuhi lebih dahulu.
Di samping itu, menurut Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Assad, berinvestasi pun harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing.
"Bila Anda termasuk orang konservatif, pilihlah produk investasi yang risikonya rendah seperti emas, deposito, tabungan berjangka, reksa dana pasar uang," katanya.
Namun, bila Anda termasuk moderat bahkan agresif bisa mengkoleksi aset yang lebih beragam lagi seperti saham atau reksa dana saham untuk jangka panjang.
Postin ini idenya dari sini : https://finance.detik.com/perencanaan-keuangan/d-5123510/resesi-di-depan-mata-ini-4-hal-yang-penting-dipersiapkan/3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar