Mengapa Tidak Berjilbab?
Jumat, 23 Agustus 2013, 06:04 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Ustaz Muhammad Arifin Ilham
Saat
Ramadhan yang lalu, perwajahan wanita muslim di negeri ini tampak
anggun dan lebih Islami. Terutama di media kaca. Mereka (terutama para
selebritas) terlihat lebih salihah. Karena ada jilbab (hijab) di
wajahnya.
Namun setelah bulan rahmat tersebut berlalu, wajah asli mereka
terihat lagi. Aurat mereka ditampakkan kembali. Karena itu bagi sebagian
orang jilbab terkesan hanya untuk Ramadhan atau kegiatan keagamaan
lainnya.
Di luar itu, jilbab pantasnya diletakkan kembali dan dimasukkan ke lemari kembali. Naudzubillah.
Jika dikonfirmasi kepada mereka yang berjilbab saat Ramadhan namun
dilepas setelah itu, paling tidak inilah beberapa alasannya.
Pertama,
kalau mengenakan hijab, nanti kecantikannya tertutup, terus laki-laki
yang ingin melihat wajah aslinya, akan menahan nafsunya. Kalau terus
ditahan nafsunya, itu bisa meledak dan ia melampiaskannya dengan
melakukan pelecehan!
Nah, pemecahannya, ya berarti harus buka
hijab(?). Seandainya jalan pemecahan itu benar, tentu Amerika dan
negara-negara barat akan menjadi negara yang paling kecil kasus
perkosaan dan pelecehan terhadap wanita di dunia.
Namun pada kenyataannya tidak demikian, bahkan menurut buku Crime in USA terbitan FBI, dikatakan setiap enam menit sekali terjadi kasus pemerkosaan di sana.
Kedua,
belum mantap hatinya. Boleh saja benar alasan tersebut, tapi mohon
dengan alasan ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara
perintah Allah dengan perintah manusia.
Jika perintah itu
datangnya dari manusia, maka bisa salah dan bisa benar. Adapun jika
perintah itu dari Allah, tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan,
"Saya belum mantap."
Bila masih mengatakan hal itu bisa saja
dikatakan keislamannnya belum mantap, padahal ia mengetahui perintah
tersebut dari Allah, hal tersebut menyeretnya pada bahaya yang sangat
besar, yakni keluar dari agama-Nya, sementara dia tidak menyadarinya.
Dengan
begitu berarti ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah
tersebut. Perintah untuk berhijab (kerudung) ada pada QS: Al-Ahzab,
ayat 59.
Alasan lain, dikemas diplomatis. “Sebenarnya aku sih
pengen banget pake hijab, tapi kalau Allah belum memberiku hidayah. Aku
mesti bagaimana? Alasan ini sebenarnya dalih yang menyeret dalam
kekeliruan yang nyata.
Kami ingin bertanya: "Bagaimana Ukhti
tahu Allah belum memberimu hidayah?" Hidayah itu datangnya dari Allah,
namun kita wajib berusaha untuk mendapatkannya. Tanpa ada usaha tidak
mungkin ada hasil.
Redaktur : Damanhuri Zuhri | sourse |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar