REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr A Ilyas IsmailKeagungan Nabi Muhammad SAW
Dalam
al-Qur’an, tidak ada seorang nabi yang dipuji begitu tinggi, melebihi
Nabi Muhammad SAW. Dalam satu ayat, Nabi SAW disebut sebagai teladan yang baik (uswah hasanah), yakni tokoh identifikasi atau dalam bahasa sekarang dinamakan model peran, role model (QS. Al-Ahzab [33]: 29.
Dalam ayat yang lain, tidak tanggung-tanggung, Allah SWT menyebut Baginda Rasul sebagai manusia dengan pribadi yang benar-benar agung. (QS. Al-Qalam [68]: 4). Mungkin ada yang bertanya, dari mana keagungan itu dicapai oleh Nabi SAW?
Keterangan
dalam al-Qur’an surah al-An`am bisa menjadi kunci jawabannya. Dalam
surah ini, diceritakan nabi-nabi terdahulu, mulai dari Nuh, Ibrahim,
Ya`qub, Yusuf, dan lain-lain. Pendeknya, ada 18 Nabi dikemukakan di
situ.
Pada ayat ke-90, setelah cerita nabi-nabi itu, lalu Allah menegaskan: “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (QS. Al-An`am [6]: 90). Para Nabi dan Rasul Allah itu adalah mereka yang mendapat bimbingan dari Allah.
Mereka,
dengan keistimewaan masing-masing, tak ubahnya bintang-bintang yang
menerangi dan mencerahkan alam dan kehidupan. Nabi Muhammad SAW, sebagai
pamungkas para nabi, diperintahkan oleh Allah agar mengikuti dan
meneladani mereka.
“Maka Ikutilah petunjuk mereka,”
firman-Nya. Jadi, Baginda Rasul mewarisi kemuliaan dan keistimewaan
nabi-nabi terdahulu, sehingga membentuk akumulasi keagungan yang
benar-benar agung.
Abbas Mahmud Aqqad, dalam `Abqariyyatu Muhammad,
menilai keagungan Nabi SAW itu bena-benar sempurna, karena terjadi
dalam segala ukuran, baik menurut ukuran agama, ilmu pengetahuan, dan
ukuran kehalusan rasa dan keluhuran budi pekerti.
Bahkan,
keagungan Nabi SAW diakui oleh orang-orang yang berbeda agama. Jadi,
keagungan Nabi SAW diafirmasi bukan hanya oleh sahabat dan para
pengikutnya, melainkan juga oleh lawan dan orang-orang yang memusuhinya.
Pada
bagian akhir bukunya, Aqqad kembali menunjukkan keagungan Baginda Rasul
dengan menunjukkan beberapa karakter atau kualitas yang menjadi
kekuatannya.
Aqqad menyebutnya al-thba’i` al-Arba` (empat karakter) yang amat menonjol pada diri Nabi SAW, yaitu karakter ibadah (thabi`at al-ibadah), karakter berpikir (thabi`at al-tafkir), karakter berkomunikasi (thabi`at al-ta`bir), dan karakter kerja dan berjuang (thabi`at al-`amal wa al-harakah).
Empat tabiat (karakter) ini, diakui Aqqad, jarang menyatu pada diri seorang. Menurut ghalibnya, apabila satu karakter kuat (dominan), maka karakter lainnya lemah.
Sebagai contoh, ada orang yang kuat ibadahnya, tetapi lemah
pikirannya. Ada juga yang sebaliknya, ibadah rajin, tetapi malas
berpikir.
Keagungan Nabi SAW tampak nyata dan memperoleh
dukungan amat kuat baik dalam Alqur’an maupun dalam sejarah, sehingga
tak seorang pun dapat menyangkalnya.
Sampai-sampai filosof Muslim asal Pakistan, Muhammad Iqbal pernah berkata: “Orang
boleh jadi tak percaya kepada Tuhan, tetapi ia tak mungkin inkar kepada
keberadaan dan kebesaran Nabi Muhammad SAW.” Wallahu a`lam. sourse
Tidak ada komentar:
Posting Komentar